Sunday, May 21, 2017

Kaidah - Kaidah Takfir #4

Takfir sembarangan

*Dalil yang Qath'i*

Adapun dalil-dalil  syar'i yang qath'i dilalah, yakni pasti penunjukannya terhadap kufur akbar, contohnya adalah:

Allah _subhaanahu wa ta'aala_ berfirman:

ﻭَﻟَﺌِﻦ ﺳَﺄَﻟْﺘَﻬُﻢْ ﻟَﻴَﻘُﻮﻟُﻦَّ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻧَﺨُﻮﺽُ ﻭَﻧَﻠْﻌَﺐُ ۚ ﻗُﻞْ ﺃَﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗَﺴْﺘَﻬْﺰِﺋُﻮﻥَ ﻟَﺎ ﺗَﻌْﺘَﺬِﺭُﻭﺍ ﻗَﺪْ ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﻳﻤَﺎﻧِﻜُﻢْ
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu meminta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…". (At Taubah : 65-66)

Di sini Allah menegaskan bahwa mereka kafir setelah beriman, maka ini adalah _kufur akbar_.

Juga firman Allah _subhaanahu wa ta'aala_:

ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﺟَﻨَّﺘَﻪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻇَﺎﻟِﻢٌ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﺃَﻇُﻦُّ ﺃَﻥْ ﺗَﺒِﻴﺪَ ﻫَٰﺬِﻩِ ﺃَﺑَﺪًﺍ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﻇُﻦُّ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔَ ﻗَﺎﺋِﻤَﺔً ﻭَﻟَﺌِﻦْ ﺭُﺩِﺩْﺕُ ﺇِﻟَﻰٰ ﺭَﺑِّﻲ ﻟَﺄَﺟِﺪَﻥَّ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣُﻨْﻘَﻠَﺒًﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﺻَﺎﺣِﺒُﻪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻳُﺤَﺎﻭِﺭُﻩُ ﺃَﻛَﻔَﺮْﺕَ ﺑِﺎﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻘَﻚَ ﻣِﻦْ ﺗُﺮَﺍﺏٍ ﺛُﻢَّ ﻣِﻦْ ﻧُﻄْﻔَﺔٍ ﺛُﻢَّ ﺳَﻮَّﺍﻙَ ﺭَﺟُﻠًﺎ
"Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: 'Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku di kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu'. Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya, sedang dia bercakap-cakap dengannya: 'Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?'" (QS. Al-Kahfi: 35-37)

Allah menegaskan bahwa orang itu kafir kepada Allah, maksudnya di sini adalah kufur akbar.

Contoh lainnya adalah firman Allah subhaanahu wa ta'aala tentang orang yang menyeru kepada selain Allah untuk melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh selain Allah subhaanahu wa ta'aala:
ﺫَٰﻟِﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺭَﺑُّﻜُﻢْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ۚ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺗَﺪْﻋُﻮﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻧِﻪِ ﻣَﺎ ﻳَﻤْﻠِﻜُﻮﻥَ ﻣِﻦْ ﻗِﻄْﻤِﻴﺮٍ ﺇِﻥْ ﺗَﺪْﻋُﻮﻫُﻢْ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﻤَﻌُﻮﺍ ﺩُﻋَﺎﺀَﻛُﻢْ ﻭَﻟَﻮْ ﺳَﻤِﻌُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺍﺳْﺘَﺠَﺎﺑُﻮﺍ ﻟَﻜُﻢْ ۖ ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻳَﻜْﻔُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺸِﺮْﻛِﻜُﻢْ
_"Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu". (QS. Fathir: 13-14)_

Juga firman Allah _subhaanahu wa ta'aala_:
ﻟَﻪُ ﺩَﻋْﻮَﺓُ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ۖ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻧِﻪِ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﺠِﻴﺒُﻮﻥَ ﻟَﻬُﻢْ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﺇِﻟَّﺎ ﻛَﺒَﺎﺳِﻂِ ﻛَﻔَّﻴْﻪِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻟِﻴَﺒْﻠُﻎَ ﻓَﺎﻩُ ﻭَﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺑِﺒَﺎﻟِﻐِﻪِ ۚ ﻭَﻣَﺎ ﺩُﻋَﺎﺀُ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﺇِﻟَّﺎ ﻓِﻲ ﺿَﻠَﺎﻝٍ
_"Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka". (QS. Ar-Ra'd: 14)_.

*Ketentuan Umum*

✔️ Setiap kata "kafir" yang berbentuk isim ma'rifat, yakni bertanda alif dan lam (ال), dalam Al-Kitab dan As-Sunnah, maka ia bermakna kufur akbar. Misalnya seperti lafal: al-kufru, al-kaafir, al-kuffaar, al-kaafiruun dan al-kawaafir. Karena alif dan lam menunjukkan bahwa isim (kata benda) tersebut mencakup makna yang sempurna. Tidak ada perselisihan di kalangan ahli ilmu dan ahli bahasa mengenai hal ini.

✔️ Setiap kata "kafir" yang terdapat dalam Al-Qur'an, maka ia bermakna _kufur akbar, baik berbentuk isim, fi'il (kata kerja), atau mashdar (kata dasar), karena lafal-lafal Al-Qur'an adalah paten (baku). Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian terhadap satuan-satuan lafal Al-Qur'an. Bahkan kata "kufur" yang terdapat dalam konteks kufur nikmat sekalipun, ia juga bermakna kufur akbar, sebagaimana yang tertera dalam surat Ibrahim ayat 28 dan An-Nahl ayat 112. Termasuk kata "kufur" yang digunakan secara lughawy, tafsirnya adalah kufur akbar secara syar'i, sebagaimana yang tertera dalam suray Al-Hadid ayat 20.

✔️ Selanjutnya adalah kata-kata kufur yang digunakan dalam As-Sunnah. Apabila kata "kufur" ini berbentuk isim ma'rifat, yakni bertanda alif dan lam (ال), maka ia adalah kufur akbar. Contohnya hadits:

ﺇِﻥَّ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺸِﺮْﻙِ ﻭَﺍﻟﻜُﻔﺮِ ﺗَﺮْﻙَ ﺍﻟﺼَّﻼﺓ
“Sesungguhnya batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat ” (HR. Muslim)

Adapun jika bentuknya selain ini, hukum asalnya adalah kufur akbar, kecuali jika ada qarinah (penjelasan) yang memalingkan maknanya menjadi kufur ashghar. Dalilnya adalah hadits tentang kufranul 'asyir (ingkar kepada suami) yanh telah kita bahas sebelumnya. Coba anda perhatikan tatkala Rasulullah shallAllahu 'alaihi wa sallam bersabda, bahwa mereka (para wanita) telah kafir, lantas para sahabat bertanya, "Apakah mereka kafir (ingkar) kepada Allah?", hal ini menunjukkan, bahwa kata "kufur" apabila disebut begitu saja, maka maknanya langsung mengarah kepada kufur akbar, kecuali jika ada qarinah yang memalingkannya kepada kufur ashghar sebagaimana yang terdapat dalam contoh-contoh di atas.

Syaikh Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan bin Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, "Lafadz azh-zhulm (kezaliman), al-ma'shiah (kemaksiatan), al-fujur (kejahatan), al-fusuq (kefasikan), al-muwalah (loyalitas), al-mu'adah (permusuhan), ar-rukun (kecenderungan), asy-syirk (kesyirikan) dan lafadz-lafadz lainnya yang ada dalam Al-Kitab dan As-Sunnah, terkadang mengandung makna dan hakikat yang mutlaq, terkadang juga muthlaqul haqiqah (sekedar memiliki makna saja). Menurut para ahli ushul, makna asalnya adalah yang pertama, sedangkan yang kedua tidak dipakai kecuali jika ada qarinah, baik lafadz maupun makna. Hal itu bisa diketahui dengan melihat penjelasan Nabi atau dengan penafsiran sunnah. Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺭَﺳُﻮﻝٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﻠِﺴَﺎﻥِ ﻗَﻮْﻣِﻪِ ﻟِﻴُﺒَﻴِّﻦَ ﻟَﻬُﻢْ ۖ
_"Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya untuk memberikan penjelasan kepada mereka". (QS. Ibrahim: 4). (Ar-Rasail Mufidah: 21-22)_.

Bersambung, _in sya'a Allah...,

Diambil dari kitab:
الجامع في طلب العلم الشرف

0 comments:

Post a Comment